MEROKOK BUKAN CARA UNTUK BERGAYA; AYO CEGAH DARURAT PEROKOK ANAK INDONESIA

 


Dewasa ini ramai dengan pembicaraan bahwa Negara Indonesia akan menerima bonus demograsi, ketika penduduk yang memiliki usia produktif atau usia kerja yang ada di Indonesia lebih banyak daripada yang berusia tidak produktif. Namun, pada saat yang bersamaan terdapat kekhawatiran mengenai masa darurat perokok anak.  Jumlah perokok anak-anak terus meningkat, padahal anak-anak tersebut yang akan menjadi bagian dari bonus demografi tersebut. Sebenarnya dengan merokok akan mengakibatkan dampak negatif bagi tubuh, serta menjadi gerbang utama untuk terdapat keinginan mencoba zat adiktif lainnya, seperti alkohol dan narkoba. Hal tersebut sebenarnya telah menjadi rahasia umum, namun kenapa masih banyak yang menghiraukan?

Jumlah individu perokok seakan-akan terus berregenerasi. Berkaca dengan pengalaman pribadi saya ketika akan membeli minuman dingin di toko, sering kali menjumpai siswa sekolah yang membeli rokok. Apakah merokok telah menjadi sebuah budaya ataupun kebiasaan mereka? Atau dengan merokok mereka meraa semakin keren, kece, serta gaul ketika berkumpul dengan teman sebaya?  Bahkan terdapat beberapa vidio anak-anak yang belum sekolah terlihat begitu mahir dalam merokok, sehingga kecanduan terhadap rokok. Hasilnya, mereka putus sekolah. Kecuali, mereka beruntung yang kemudian viral serta terdapat pihak-pihak yang ingin merehabilitasi mereka untuk lepas  dari kecanduan terhadap rokok.

Terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan terus meningkatnya jumlah perokok anak, sehingga kita terjerumus ke jurang daruratperokok anak.

Pertama,  harga rokok yang dijual di toko relatif murah.

Perokok di bawah umur semakin di untungkan dengan harga rokok yang beredar di daerah-daerah masih dapat dijangkau dengan uang saku yang mereka dapatkan dari orang tua. Mungkin, tidak semuanya mampu untuk membeli satu bungkus secara langsung, namun perokok dibawah umur tersebut dapat membeli secara satuan atau ketengan dengan harga berkisar seribu rupiah sampai dua ribu rupiah. Memang boleh menjual rokok untuk anak-anak di bawah umur? Pada kenyataannya dilingkungan masyarakat masih banyak toko yang menjual rokok kepada anak-anak di bawah umur secara terbuka, serta  terdapat beberapa toko yang mengalami kebimbangan untuk tidak menjual rokok kepada anak-anak tersebut, karena banyak sekali orang tua yang memerintah anaknya untuk membeli rokok.

Kedua, produsen rokok melakukan iklan atau sponsor secara masif.

Tidak jarang kita menemukan spanduk atau banner di jalan raya yang banyak bertebaran dengan berbagai kata-kata yang menarik untuk dibaca. Mungkin dengan kalimat yang menarik tersebut perokok dibawah umur tersebut merasa semakin keren ketika menghisap rokok ketika di tongkrongan.

Namun, bukan masalah kata-kata yang menarik yang menjadi perhatian. Tetapi, ketika di satu sisi sedang sibuk memperbaiki generasi untuk tidak merokok, kenapa masih banyak spanduk merek rokok yang sangat besar di jalan?

Iklan dilakukan di televisi memang telah dibatasi. Sehingga, kita lebih sering melihat iklan rokok ketika telah memasuki tengah malam. Akan tetapi, diperkembangan teknologi yang masih seperti sekarang ini, apakah promosi terbatas di televisi? Jawabnnya secara tegas yaitu tidak. Terdapat banyak media sosial yang justeru lebih sering dilihat serta disantap oleh anak-anak setiap harinya. Hasilnya, semakin  banyak anak-anak di bawah umur yang menjadi perokok, semakin kuat dorongan ke arah darurat perokok anak.,

Ketiga, lingkungan seperti mewajarkan anak-anak menjadi perokok.

Zaman dulu, ketika saya masih di jenjang sekolah. Ketika teman sebaya saya membeli rokok satuan atau ketengan tatapan sinis orang-orang tertuju kepada mereka. Sayapun ketika melihat teman-teman sebaya merokok merupakan suatu hal yang aneh, dan merekapun sering kali merokok dengan sembunyi-sembunyi, ada yang di WC, kebun, serta tempat persembunyian yang tentu saya tidak tahun. Berbeda dengan sekarang, anak-anak tersebut membeli dengan terang-terangan, ditaruhnya sebatang rokok di telinga, serta merokok ketika naik motor. Lingkungan sosial sekarang seakan-akan telah mewajarkan ketika anak-anak merokok. Jarang sekali anak-anak terebut ditegur ataupun dinasihati. Ditambah lagi, lingkungan pergaulan mereka menjadi stimulus untuk memulai menjadi perokok aktif.

Keempat, Peraturan yang dibuat belum efektif

Sebenarnya telah tedapat peraturan yang diharapkan dapat mengendalikan permasalahan meningkatnya jumlah perokok di Indonesia, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012 yang berisi mengenai pengamanan bahan mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan. Namun, peraturan mengenai produk tembakau tersebut dinilai belum efektif khususnya untuk melindungi anak-anak dibawah umur.

Sehingga, terdapat berbagai dorongan untuk merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 109 tahun 2012, karena  di dalam peraturan tersebut periklanan mengenai rokok masih diperbolehkan serta belum adanya peraturan yang mengikat rokok elektrik secara jelas.

Pemerintah sebagai pihak yang berwenang harus menjadi pangkal solusi untuk membuat peraturan secara terperinci. Supaya dapat mengurangi serta tidak semakin banyak lagi jumlah anak-anak di bawah umur yang menjadi perokok aktif. Sehingga, negara Indonesia lepas dari darurat perokok anak.

Diharapkan juga para orang tua ikut berperan aktif dalam pengawasan orang tua, di era digital yang sedang terjadi mungkin pengawasan terhadap anak lebih susah. Akan tetapi, orang tua dapat melakukan komunikasi secara insentif serta menjalin kedekatan dengan anak  pada saat itulah di sela pembicaraan orang tua dapat memberikan nasihat untuk kehidupan sang anak.

Akibat yang ditimbulkan dari berbagai faktor-faktor yang ada prevalensi jumlah perokok anak-anak terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2013, prevalensi perokok anak-anak mencapai 7,20% sedangkan pada tahun 2019, prevalensi perokok anak-anak mencapai 10,70%. Terdapat kesimpulan yang dapat kita ambil dari dua tahun di atas, bahwa prevalensi perokok anak belum mengalami perbaikan kearah yang lebih baik pada jangka waktu tersebut. Sehingga, diperlukan kerja keras supaya tidak semakin dalam terjun di masa darurat perokok anak.

Telah menjadi rahasia umum bahwa dengan menjadi perokok aktif maupun perokok pasif menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan. Di dalam iklan sebenarnya telah dicantumkan tetapi biasanya dengan ukuran yang kecil serta cenderung disepelekan, mungkin pemerintah dapat membuat kebijakan untuk mencantumkan resiko merokok dengan ukuran yang lebih besar. Terdapat banyak penyakit yang disebabkan rokok, namun akan saya sebutkan beberapa penyakit yang diakibatkan menjadi seorang perokok.

1.   Kanker Paru

Kebanyakan kanker paru disebabkan oleh asap rokok. Zat yang terkandung di dalam asap rokok yang dihisap merangsap sel di dalam paru-paru tumbuh abnormal. Padahal kita tahu bahwa paru-paru merupakan bagian penting bagi tubuh untuk manusia bernafas, bagaimana apabila paru-paru mengalami masalah? Tentu akan berpengaruh terhadap organ yang lain.

2.   Serangan Jantung

Asap rokok berakibat jantung bekerja lebih keras serta meningkatkan tekanan darah yang mengalir ke seluruh tubuh. Hal tersebut dikarenakan di dalam asap rokok mengandung nikotin. Sehingga, merokok dapat mengakibatkan serangan jantung.

3.   Gangguan Lambung

Merokok dapat mengakibatkan gangguan lambung dikarenakan sphincter esofagus yang terdapat di bagian bawah melemah akibat adanya kandungan nikotin di dalam rokok.

4.   Kanker mulut dan tenggorokan

Tembakau menjadi penyebab utama kanker mulut dan tenggorokan. Dikarenakan di dalam kandungan asap rokok terdapat zat adiktif seperti nikotin, berakibat perokok lebih berpotensi mengalalami kanker mulut daripada bukan perokok. Kemudian, asap yang dihisap akan berpengaruh juga terhadap tenggorokan. Dan beberapa penyakit lainnya yang ditimbulkan karena menjadi perokok aktif maupun perokok pasif.

 

Bonus demografi akan segera menghampiri, namun anak-anak yang menjadi bagian dari bonus demografi tersebut memiliki potensi masalah dalam kesehatan dan sosial. Tentu, apabila diibaratkan sebuah sistem, ketika ada masalah di beberapa titik akan sangat berpengaruh terhadap keseluruhan sistem yang sedang berjalan. Oleh karena itu, seharusnya anak-anak penerus bangsa tersebut perlu diperhatikan secara khusus. Hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia apabila generasi muda tersebut di kelola dengan baik. Namun, akan menjadi beban negara apabila generasi muda tersebut gagal untuk dikelola. Dilain sisi dari sebagian anak-anak yang diharapkan tersebut menjadi bagian perokok yang memiliki resiko untuk kesehatan diri mereka sendiri, serta memicu permasalahan sosial karena merokok dapat menjadi awal untuk mencoba zat adiktif lainnya, seperti narkoba.

Sehingga, jangan sampai karena masih terdapat banyak iklan rokok yang bertebaran di media sosial, peraturan yang belum efektif, serta alasan supaya keren, gaul, atau agar tidak terlihat culun ketika ada ditongkrongan ketika berkumpul dengan teman sebaya menjadikan rokok sebagai kebiasaan yang justeru dapat berakibat negatif bagi diri sendiri.

 

https://dinkes.pemalangkab.go.id/15-penyakit-akibat-rokok/

https://nasional.kompas.com/read/2022/08/19/13222231/perokok-anak-meningkat-revisi-pp-109-tahun-2012-dinilai-perlu-dilakukan

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220729/4940807/perokok-anak-masih-banyak-revisi-pp-tembakau-diperlukan/#:~:text=Prevalensi%20perokok%20anak%20terus%20naik,hingga%2016%%20di%20tahun%202030

0 Response to "MEROKOK BUKAN CARA UNTUK BERGAYA; AYO CEGAH DARURAT PEROKOK ANAK INDONESIA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Feed 1

Feed 2